Penulis: Ketua IV Pim-Nas MKF-MNI : Marilyn Siregar
Editor: Riswan Pasaribu
HARIAN BERANTAS, JAKARTA - Pemerintah Indonesia menargetkan tanah air ini akan jadi raja produsen baterai lithium terbesar ke-3 di Dunia pada tahun 2025.
Hal itu disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan di akun Instagramnya, dikutip Senin (20/3/2023).
“Sehingga kita akan menjadi produsen baterai lithium terbesar ketiga di dunia pada 2027 atau 2028. So,don't look down on Indonesia,” ujarnya.
Dalam paparannya, Luhut menjelaskan ada investasi US$ 31,9 miliar atau sekitar Rp. 489 triliun (kurs Rp 15.340) untuk pengembangan rantai pasokan industri baterai di Indonesia hingga tahun 2026. Sementara itu, Indonesia menarik investasi asing langsung sebesar US$ 45,6 miliar tahun lalu, ini merupakan rekor tertinggi baru sejak tahun 2000.
“Belum lagi nilai ekspor industri nikel kami mencapai US$ 33,8 miliar pada tahun 2022, dimana US$ 14,3 miliar dihasilkan dari ekspor, besi dan baja. Keberhasilan ini terwujud karena keteguhan (tekad-red) Presiden @jokowi untuk tetap melanjutkan kebijakan hilirisasi industri dalam mengelolah raw di dalam negeri untuk nilai tambah yang lebih tinggi,” jelasnya.
Menurut Luhut, data tersebut juga disampaikan kepada IMF yang berkunjung ke kantornya beberapa hari lalu. Luhut mengatakan, sebelumnya kita (Indonedia-red) mengekspor semua bahan mentah secara cuma-cuma, sekarang sudah cukup.
“Saat ini Indonesia sudah bisa mengekspor besi dan baja, bukan bijih nikel lagi. Kami akan melakukan hal yang sama dengan timah, bauksit, tembaga dan lain-lain. Perubahan besar ini harus dilihat oleh negara-negara maju,” ujarnya.
“This is their problem. Selalu melihat negara berkembang seperti Indonesia adalah negara yang mereka tahu dua puluh atau lima belas tahun yang lalu,” tegasnya.
Dengan memberlakukan larangan ekspor nikel, kata Luhut, Indonesia memiliki kekuatan untuk menghasilkan energi hijau yang telah dicita-citakan sejak lama.
“Saya ingin kebanggaan ini juga turut dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kita tidak sedang melawan siapapun, justeru kita bersahabat dengan siapa saja,” ujarnya.
Luhut menambahkan, Indonesia terbuka dan mempersilakan negara lain untuk berinvestasi dan membangun industri pengolahan tambang di dalam negeri, dengan catatan kita juga memiliki aturan atau regulasi yang harus mereka patuhi.
“Menjadi negara maju adalah hak setiap negara, kewajiban kita adalah memperjuangkannya,” pungkasnya.(*)