![]() |
Perusahaan PT. EDCO yang beroperasi di tambang batu bara di Desa Peladangan, Kecamatan Peranap Inhu |
Penulis: Pinten I Editor : Riswan P.
HARIAN BERANTAS, INHU - Perusahaan PT. EDCO yang beroperasi di tambang Batu Bara di Desa Peladangan, Kecamatan Peranap Inhu, diduga mempekerjakan pegawai tanpa BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan kurang lebih 100 pekerja dari jumlah karyawan sekitar 200 orang.
Salah satu pegawai berinisial S saat dikonfirmasi awak media mengatakan ada sekitar seratus orang pekerja yang tidak memiliki BPJS Kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.
''Sampai saat ini kami yang tidak memiliki ada sekitar seratus orang, padahal sudah bekerja 7 bulan dan ada yang sudah bekerja 5 bulan. Inilah yang kami khawatirkan, dan bagaimana nasib kami jika terjadi pada sesuatu," katanya.
''Kami tidak tahu harus mengadu ke mana, sepertinya kami pekerja boleh dikatakan ilegal, hanya masalahnya hanya gaji yang kami terima setiap bulan ditransfer ke rekening masing-masing dan tidak ada slip gaji, hanya jumlah rupiah yang kami terima. Semua pekerja ingin legilitas kita jelas,'' sambungnya.
Selain itu, pekerja lain berinisial G juga membenarkan bahwa mereka tidak dirawat oleh pihak perusahaan. Dia bahkan mengatakan mereka seolah diperlakukan tidak manusiawi.
“Betul bang, kami bekerja seperti sapi aja. Bukannya kami tidak nurut aturan perusahaan, tapi tolong perlakukan seperti perusahaan lain. Soal upah kami mungkin sesuai dengan UMK kabupaten. Tapi apakah pengupahan kabupaten sama dengan tambang, mungkin Disnaker lebih paham,'' tuturnya.
''Sekitar 1 bulan yang lalu, kami karyawan pernah menuntut agar BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan disediakan tetapi perusahaan tidak menanggapi. Jika ada yang sakit, selama ini perusahaan sudah membawanya ke Puskesmas atau ke rumah sakit. Atau kita yang berobat dengan biaya yang dibayarkan sesuai dengan kuitansi yang dibuat oleh dokter. Semua pegawai yang belum memiliki BPJS berharap ada yang kita pegang, agar kita senang dan nyaman bekerja, karena pekerjaan ini memiliki resiko yang berat,'' pungkasnya.