HARIAN BERANTAS,
JAKARTA - Proyek kemitraan antara Minaqu Indonesia dan masyarakat petani
Kelurahan Bojongkerta, Bogor Selatan mendapat apresiasi Menteri Pertanian Syahrul
Yasin Limpo pada kunjungan Sabtu, (26/2) lalu. Dengan melibatkan 49 petani
dalam pengembangan green house tanaman hias berluasan 1.000 m2, saat ini sudah
menghasilkan 4.900 tanaman hias daun yang siap panen Maret 2022.
“Pola kemitraan ini
berawal dari inisiasi antara Kementan dengan Minaqu pada November 2021 lalu
untuk menggandeng 9 kabupaten/kota, salah satunya Kota Bogor. Ini adalah salah
satu role model yang oleh Menteri Pertanian ingin agar kota dan kabupaten lain
bisa juga replikasikan prototipe pola kemitraan dengan offtaker sebagai
penjamin pasar. Dengan demikian, petani leboh fokus pada produksi dan hasilnya
sudah ada yang menampung karena jejaring pasar dalam dan luar negeri sudah
terbangun melalui offtaker ,” ujar Sekretaris Ditjen Hortikultura, Retno Sri
Hartati Mulyandari saat mengunjungi lokasi, Senin (28/2).
Bojongkerta dipilih
karena dinilai sebagai lokasi yang memiliki modal kemauan untuk bertanam.
Minaqu menilai ini landasan utama menjadikan lokasi ini sebagai pilot project
mitra penyuplai tanaman hias berorientasi ekspor.
“Pola kerja sama ini
adalah di mana kami bekerja sama dengan 49 kepala keluarga. Mereka memelihara
dan memperbanyak selama 3 bulan serta memanen hasilnya dan Minaqu yang membeli.
Dengan adanya kewajiban pemotongan membayar angsuran KUR barulah petani
mendapatkan hasil dari usahanya,” ujar CEO Minaqu Indonesia, Ade Wardhana.
Model bisnis dengan
bekerja sama dengan masyarakat ini, kata Ade, sebenarnya amanat Menteri
Pertanian.
“Beliau menyampaikan
kalimat sederhana kalau potensi ini jangan dipegang sendiri oleh Minaqu. Oleh
karena itulah kami melakukan kemitraan - kemitraan dengan masyarakat di
sekitar,” ujar Ade.
Adanya ide mereplikasi
model kerja sama dengan petani lokal, dirasa dirinya bukanlah hal yang sulit.
Hal ini dikarenakan Indonesia adalah negara yang memiliki biodiversifikasi
dengan kekayaan plasma nutfah masing-masing. Sehingga bisa memanfaatkan kekhasan
plasma nutfah yang dimiliki masing-masing daerah untuk dikembangkan.
“Kami ingin secara
bertahap warga bisa mandiri secara bisnis. Jadi pendampingan selama dua tahun
ke depan diharapkan dapat melahirkan pusat tanaman hias yang dapat menyuplai
langsung wilayah Eropa, Amerika, Asia Pasifik. Sehingga ini bisa menjadi role
model yang bisa dikembangkan sebagai entitas bisnis baru,” papar Ade.
Lurah Bojongkerta, Hari
Cahyadi mengatakan pola kemitraan dengan masyarakat petani di lingkungannya
adalah wujud pemerintah hadir di tengah-tengah masyarakat. Tujuannya adalah
mengangkat pemberdayaan dan perekonomian masyarakat.
“Pada Juli 2021 lalu
kami menemui Minaqu untuk memberikan presentasi mengenai potensi Bojongkerta.
Alhamdulillah Minaqu menyambut dengan baik dan para petani antusias terlebih
mulai dari permodalan, pendampingan hingga proses pemasaran dijamin oleh pihak
Minaqu,” ujar Hari.
Dirinya mengatakan,
dengan adanya budidaya tanaman hias di green house ini, Bojongkerta mulai
banyak dikenal orang. Bahkan Menteri Pertanian sampai berkunjung untuk melihat
prospek tanaman hias di wilayahnya, yang notabene dulunya daerah ini tidak
dikenal orang.
“Bojongkerta adalah
mutiara yang terpendam. Potensi wilayah dan masyarakatnya bisa kami angkat.
Kami berharap ke depan semua aspek bisnis bisa dikembangkan sendiri dari dalam
wilayah. Tagline kami, dari Bojongkerta untuk Bojongkerta, kami ingin
mengangkat pemberdayaan ekonomi warga kita. Mohon doanya, pada 2023 nanti kami
mencanangkan daerah kami menjadi lokasi agroeduwisata,” terang Hari sumringah.
Pengelola green house,
Syaiful mengatakan dirinya sangat antusias mengikuti kerja sama budidaya ini.
Petani mendapat modal, pendampingan hingga terjaminnya pasar membuatnya nyaman
untuk bertanam.
“Bagi saya, bertanam
ini seperti refreshing yang menghasilkan uang. Saya ikut program pelatihan
tanam dalam green house Minaqu ini tadinya dapat benih Albo 100 pot dan Milano
50. Dalam jelang tiga bulan ini saya sudah dapat 700 pot,” ujar petani
pengelola, Syaiful.
Sebagai informasi,
sebanyak 49 petani yang tergabung dalam green house ini didominasi kaum ibu dan
kaum milenial. Dengan pemberian KUR dari Bank BJB senilai Rp 34,8 juta per
petani, jika perkiraan hasil panen 300 tanaman, petani bisa memperoleh total
pendapatan Rp 16.500.000. Jika diperkirakan untuk membayar cicilan bank Rp 4,5
- 5 juta serta dikurangi biaya produksi Rp 1,5 juta untuk 3 bulan ke depan,
maka kurang lebih petani memperoleh Rp 3 juta per orang per bulannya.