HARIAN BERANTAS, BANDUNG - Ketua Komisi I DPRD
Provinsi Jawa Barat, Dr. Bedi Budiman, mengapresiasi acara Forum Perangkat
Daerah yang bertajuk Penyelarasan Indikator Kinerja Umum (IKU) Bidang
Kesbangpol Jabar di konteks Optimalisasi Penyusunan Renstra 2023-2027.
Hal ini menjadi titik
awal yang baik dalam menyusun perencanaan program dan pencapaian target IKU
khususnya di bidang Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa
Barat.
''Kami mengapresiasi
undangan yang diberikan kepada Komisi I,
kedua, Kami juga mengapresiasi capaian yang telah diraih oleh Kesbangpol
Jabar yang diselenggarakan dengan mengadakan kajian bersama sebagai siklus
kebijakan publik. Ada agenda utama yakni pilkada serentak di tahun yang sama,''
kata Bedi di Kabupaten Bandung Barat, Rabu (23/2/2022).
Ia mengatakan,
peristiwa ini belum pernah dialami dalam perjalanan pilkada, khususnya di Jawa
Barat. Menurutnya, Jabar sebagai provinsi strategis yang berbatasan dengan ibu
kota harus mengantisipasi adanya 'roadmap' dalam kontestasi politik seperti
ini. Semua elemen sedang berkontestasi, kecuali elemen ASN, TNI dan Polri.
“Namun, bahwa unsur
yang tidak berkontestasi dalam berpolitik tersebut ada yang dipercaya menjadi
penjabat kepala daerah. Oleh karena itu, harus menjadi muatan bagaimana
proyeksi program 2023 dapat diantisipasi dan ditanggapi secara transparan dan
objektif,” dia berkata.
Sebagai langkah
antisipasi awal, lanjutnya, DPRD mengusulkan perda inisiatif tentang pendidikan
Pancasila dan wawasan kebangsaan. Dimana muatannya menjadi payung bagi
Kesbangpol dan stakeholders terkait untuk menjalin kerjasama dalam mengakses
program dan sebagainya, baik secara horizontal maupun vertikal.
Misalnya, lintas dinas
untuk guru ASN dengan Dinas Pendidikan. Dalam praktiknya, hal itu sebenarnya
sudah dilakukan dan DPRD akan memberikan payung hukum melalui perda inisiatif
tersebut.
“Contoh lainnya adalah
deradikalisasi di lingkungan ASN dengan BKD, BPSDM dan Biro Organisasi. Juga
pentahelix dengan lembaga vertikal seperti Hankam. Ada juga Kodam, Polda atau
lembaga yang terkait dengan persatuan bangsa,” ujarnya.
Begitu juga dengan
kalangan kampus, tegas Bedi, termasuk pesantren bahkan aktivis ekonomi, karena
stabilitas politik sedikit banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi.
Ini akan menjadi
legitimasi dimana kebijakan ini sudah diterapkan di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY). Dalam hal ini DPRD akan menerapkan penguatan di bidang teknologi
informasi. Kekuatan dunia maya saat ini memang luar biasa. Bahkan bisa
berdampak pada persatuan bangsa dengan propaganda politik radikal.