HARIAN
BERANTAS, KOTA BANDUNG - Kasus COVID-19 di Jawa Barat terus mengalami
peningkatan. Berdasarkan data Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi
Jawa Barat, per 7 Februari 2022 pukul 16.00, jumlah kasus terkonfirmasi di Jawa
Barat mencapai 770.546 dengan kasus
aktif 56.322 dan sembuh 699.431.
Dari
jumlah tersebut, tingkat kesembuhan di Jawa Barat sebesar 90,77 persen,
meninggal 14.793 dan tingkat kematian sebesar 1,92 persen.
Berdasarakan
wilayah, kasus terkonfirmasi paling tinggi berada di Kota Depok sebanyak
117.499 dengan kasus aktif 11.324, sembuh 103.998 dan meninggal dunia 2.177.
Disusul
Kota Bekasi dengan terkonfirmasi 109.164, kasus aktif 11.454, sembuh 96.694 dan
meninggal dunia 1.016, kemudian Kabupaten Bekasi dengan terkonfirmasi 56.818,
kasus aktif 5.078, sembuh 51.193 dan meninggal dunia 547 orang.
Sementara
Angka Reproduksi (Rt) Efektif di Jawa Barat terkini adalah 4.52 dengan rerata
14 hari terakhir sebesar 4.17. Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Bakasi masih yang tertinggi.
Ketua
Harian Satgas Penanganan COVID-19 Jawa Barat Dewi Sartika mengatakan, untuk
jumlah tempat tidur ruang isolasi COVID-19 dari 342 rumah sakit di Jawa Barat
mencapai 4.400 yang terisi 1.158 atau sekitar 26,32 persen.
"Untuk
ruang isolasi tersedia 3.521 yang terisi 1.553 atau sekitar 44,11 persen. Dan
ICU tersedia 414 yang terisi 78 atau 18,84 persen," ujar Dewi Sartika
ketika dihubungi, Selasa (8/2/2022).
Dewi
mengimbau masyarakat mengetatkan disiplin protokol kesehatan di mana pun
berada. Hindari sejumlah aktivitas rentan penularan seperti pertemuan keluarga,
upacara duka cita, pernikahan, makan di kafe resto, rapat kerja, dan aktivitas
berkerumun lainnya.
"Prokes
pencegahan penyebaran COVID-19 dengan 5M (mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan
mengurangi mobilitas) harus tetap dilakukan dan tentunya waspada," kata
Dewi.
"COVID-19
varian Omicron memang jauh lebih cepat menular dibandingkan dengan Delta, namun
dari sisi fatalitas varian Omicron jauh lebih rendah dibandingkan Delta,"
imbuhnya.
Meski
begitu masyarakat tak boleh menyepelekan varian ini karena di sejumlah negara
kasus kematiannya cukup memprihatinkan. Bagi kelompok rentan seperti lansia dan
ibu menyusui, serta orang yang memiliki penyakit penyerta, varian seringan
apapun tetap menjadi ancaman serius. Apalagi bagi yang belum divaksin sama
sekali.