Kebun Mangga program prioritas Kampung Hortikultura, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura yang ramah lingkungan.(Foto istimewa/DOK .Kementan/2022) |
Editor : Riswan Pasaribu
HARIAN
BERANTAS, JAKARTA - Dalam mengembangkan program prioritas Kampung Hortikultura,
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura menerapkan
pertanian yang ramah lingkungan. Saat ditemui di ruang kerjanya, Direktur
Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyatakan bahwa kebijakan ini
merupakan arahan dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) sebagai
langkah antisipatif dalam menghadapi tantangan pangan yang kian kompleks akibat
dampak perubahan iklim.
“Arahan
dari Bapak Menteri Pertanian adalah kita harus melakukan tindakan terhadap
dampak perubahan iklim yang berpotensi menimbulkan ancaman kekeringan dan
krisis pangan global. Namun, kondisi ini juga dapat menjadi peluang karena
banyak kegiatan pertanian yang mampu mengurangi emisi gas karbon,” ujar
Prihasto.
Direktur
Perlindungan Hortikultura, Inti Pertiwi Nashwari menjelaskan bahwa secara
alami, tumbuhan diberi kemampuan untuk mengkonsumsi karbondioksida di atmosfer
dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang bermanfaat bagi kehidupan melalui
fotosintesis. Sebagian besar energi ini disimpan oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa
dan sekitar 50 persen dari biomassa merupakan karbon.
"Direktorat
Perlindungan Hortikultura telah melakukan pengukuran Carbon Stok untuk buah
tahunan, di antaranya adalah mangga, manggis, durian, jeruk, alpukat dan
nangka. Dari hasil pengukuran tersebut, komoditas mangga memiliki nilai carbon
stok yang paling tinggi," ungkap Inti.
Kampung
Buah menjadi salah satu sumber penyimpanan stok karbon yang sangat efektif
dalam rangka menurunkan gas rumah kaca atau global warming. Saat berkunjung ke
Kampung Mangga di Desa Jembarwangi, Kabupaten Sumedang, Koordinator Dampak
Perubahan Iklim dan Bencana Alam Direktorat Perlindungan Hortikultura, Muh.
Agung Sunusi mengungkapkan bahwa buah-buahan tahunan seperti mangga ternyata
mampu menyimpan stok karbon dan pengembangan Kampung Mangga ini mampu
memberikan sumbangsih yang cukup signifikan bagi penurunan gas rumah kaca.
“Semakin
banyak Kampung Mangga yang dikembangkan di Indonesia, maka penyimpanan stok
karbon akan lebih banyak dan mampu menjaga kelestarian lingkungan. Jadi,
pengembangan Kampung Mangga tidak hanya memiliki nilai ekonomis tetapi juga
menguntungkan bagi lingkungan sekitar kita,” jelas Agung.
Kampung
Mangga di Desa Jembarwangi ini mempunyai hamparan seluas 200 hektare dan
ditanami dengan 3 (tiga) varietas mangga, yaitu Gedong Gincu, Harum Manis, dan
Cengkir. Dari ketiga varietas ini, yang paling mendominasi adalah varietas
Gedong Gincu.
Agung menambahkan,
selain mangga, buah manggis, jeruk,
nangka, sukun, alpukat, dan durian juga mampu menghasilkan stok karbon. Namun,
berdasarkan riset dan pengukuran yang dilakukan oleh timnya, mangga memberikan
carbon stok yang paling besar karena lingkar batang dan diameter nya lebih
besar.
“Dari
segi pengukuran, mangga ini sumbangsihnya sangat besar. Maka dari itu, kami
datang ke sini untuk melihat sampai sejauh mana implementasinya di Kampung
Mangga Sumedang. Kabupaten Sumedang juga patut berbangga hati karena Kampung
Mangga ini akan mampu menjadi paru-paru dunia,” tutur Agung.
Ketua
Kelompok Tani Mukti Desa Jembarwangi, Inta Suminta menyatakan rasa bangganya
dengan Kampung Mangga yang dikembangkan oleh kelompok taninya. Inta tidak
menyangka kalau Kampung Mangga ini mampu berperan dalam menjaga kelestarian
lingkungan sekitar.
“Saya
sendiri baru tahu kalau ternyata Kampung Mangga yang kami kembangkan ini bisa
menjadi penyumbang dan menjaga stok karbon. Jadi, kami bangga sekali bahwa kami
mampu berperan untuk kepentingan dunia dalam menghadapi global warming. Terima
kasih atas informasi dan pencerahan dari Ditjen Hortikultura Kementan agar kami
lebih memiliki pengetahuan dalam mengembangkan Kampung Mangga ini,” ungkap
Inta.
Terkait
program Kampung Hortikultura ini, Kaprodi Pascasarjana Klimatologi Terapan IPB
University, I Putu Santikayasa turut menyampaikan apresiasinya terhadap program
Kampung Hortikultura yang telah menggunakan tanaman-tanaman buah tahunan.
Menurut I Putu Santikayasa, pengembangan Kampung Hortikultura dengan tanaman
buah tahunan ini akan memberikan kontribusi terhadap mitigasi dampak perubahan
iklim dengan menurunkan gas emisi rumah kaca.
“Tanaman
buah tahunan pada Kampung Hortikultura mampu menyerap emisi karbon yang ada di
atmosfer. Program ini juga mendukung program pemerintah lainnya dalam perubahan
iklim, khususnya mitigasi perubahan iklim dengan menurunkan gas emisi rumah
kaca,” jelas I Putu Santikayasa.