Editor : Riswan Pasaribu
HARIAN
BERANTAS, WONOSOBO - Kementerian Pertanian terus mewujudkan strategi
pengembangan Kawasan Sayuran dan Tanaman Obat yang maju, mandiri, dan modern,
antara lain dalam bentuk Pengembangan
Kawasan Hortikultura Agroindustri atau lebih dikenal dengan Food
Estate (FE). Melalui Direktorat Jenderal
Hortikultura, Kementan mengembangkan FE Hortikultura di Pulau Jawa, salah
satunya di Wonosobo. Komoditas hortikultura yang dikembangkan di FE Wonosobo
ini adalah kentang, bawang merah, bawang putih, dan aneka cabai dengan luasan
total 339,96 ha.
FE
Wonosobo menjadi program super prioritas dan telah diresmikan oleh Presiden RI,
Joko Widodo pada 14 Desember 2021 lalu. Dalam kunjungannya, Presiden RI
memberikan amanah agar program ini dapat
dirasakan manfaatnya oleh petani dengan peningkatan produktivitas dan jaminan pasar sehingga penghasilan petani
meningkat.
Menindaklanjuti
arahan tersebut, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam berbagai
kesempatan meminta jajarannya melakukan pengawalan intensif agar kemanfaatan
program tersebut benar-benar dirasakan oleh petani. Indikatornya terlihat dari
peningkatan produktivitas panen, jaminan pemasaran dan peningkatan pendapatan
petani.
Dukungan
Mentan SYL ini berbuah manis saat panen perdana komoditas kentang di FE
Wonosobo yang dikelola oleh Kelompok Tani Tunas Muda di Desa Igirmranak,
Kecamatan Kejajar terbukti meningkatkan produktivitas sebesar 3.721 ton per ha
atau sekitar 28,08%.
Efisiensi
biaya produksi juga turut meningkat, di mana sebelum program FE biaya produksi
mencapai Rp90 juta per ha, setelah program ini berjalan biaya produksi cukup
Rp84 juta per ha. Dengan biaya produksi tersebut, hasil panen mampu mencapai
angka Rp121 juta per ha dengan, sehingga pendapatan bersih yang berhasil diraih
oleh petani sekitar Rp37 juta per ha setiap musim tanam.
Bupati
Wonosobo, Afif Nurhidayat saat mengikuti panen perdana sekaligus menyaksikan
langsung proses pengukuran ubinan hasil panen, mengaku sangat bangga dan
bersyukur atas usaha para petani dalam mengembangkan pertanian khususnya
komoditas kentang di area FE tersebut.
"Ini
potensi yang luar biasa. Kami sampaikan kepada petani bahwa bertani itu
menjanjikan hasilnya sangat luar biasa dan dapat mengangkat harkat dan martabat
petani khususnya di Kabupaten Wonosobo," ujar Afif di depan ratusan petani
setempat.
Afif
menambahkan, ada peningkatan produktivitas lebih dari 3 ton per Ha dibanding
rata-rata produktivitas kota Wonosobo. Capaian ini tentunya tak lepas berbagai
faktor di antaranya benih bermutu, petani yang ulet dan sabar, serta teknologi.
Kegiatan
panen kentang di FE Tawon ini juga dihadiri oleh offtaker PT. Semangat Bersama Enterprenership (SBE). Hal ini sesuai dengan tujuan food
estate untuk memberi jaminan pasar bagi petani.
Hasil panen langsung dibeli oleh PT. SBE
sesuai dengan harga yang disepakati dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS).
Ditemui
di tempat terpisah, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto
Setyanto menyebut bahwa pihaknya akan terus melakukan upaya perbaikan
dan peningkatan kualitas program pengembangan kawasan hortikultura. Prihasto
mengungkapkan, ke depannya, pemerintah akan terus memperluas jangkauan program,
sehingga petani yang ikut berpartisipasi dalam program serupa akan semakin
banyak.
"Offtaker
atau investor akan terus kita gandeng agar ada keberlanjutan usahatani terutama
aspek pemasaran. Kemudian, UMKM maupun industri besar olahan kentang juga terus
kita dorong menjadi mengungkit pertumbuhan produksi dan pendapatan
petani," pungkas Prihasto.