Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi saat membuka MSPP Vol. 03 2022 melalui Zoom Meeting, Jumat (21/01/22). |
Editor : Riswan Pasaribu
HARIAN
BERANTAS, JAKARTA - Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang paling
diminati oleh petani-petani milenial. Ini dikarenakan, menurut para petani
milenial, komoditas hortikultura menghasilkan keuntungan yang luar biasa dan
memiliki potensi ekspor yang besar.
“Saya
beberapa kali cek di lapangan, ternyata petani milenial itu banyak yang bermain
di komoditas hortikultura. Kemudian, saya tanya alasannya dan mereka bilang
bahwa pertanian hortikultura mampu menghasilkan keuntungan yang besar dan peluang
ekspornya juga ada,” ujar Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi saat membuka MSPP Vol. 03 2022 melalui Zoom
Meeting, Jumat (21/01/22).
Melihat
antusiasme petani milenial yang luar biasa, MSPP Vol. 03 2022 kali ini
mengangkat tema Program Pengembangan Hortikultura 2022 dan menghadirkan
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto sebagai narasumber tunggal.
Dalam
webinar ini, Prihasto memaparkan bahwa tantangan hortikultura saat ini adalah
market driven, di mana petani dan pelaku usaha harus menempatkan permintaan
pasar dan kebutuhan konsumen sebagai prioritas. Oleh karena itu, pemenuhan
terhadap aspek mutu, harga, kemudahan konsumsi, sertifikasi, dan keamanan
pangan harus terpenuhi agar menghasilkan produk hortikultura yang berdaya saing
dan bernilai ekspor.
“Menjawab
tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura menentukan arah kebijakan
pembangunan hortikultura 2021-2024, yakni meningkatkan daya saing hortikultura.
Ada 3 (tiga) strategi utama yang disusun, yaitu Pengembangan Kampung
Hortikultura, UMKM Hortikultura, dan Modernisasi Hortikultura. Mengapa konsep
kampung yang dipilih? Agar memudahkan proses pemasaran, pengawalan dan
pendampingan, serta akuntabilitas,” papar Prihasto.
Tahun
Anggaran (TA) 2022 ini, Ditjen Hortikultura menargetkan 2.094 Kampung Hortikultura yang akan dibangun
dan dikembangkan. Kampung Hortikultura tersebut terdiri atas 945 kampung
sayuran, 766 kampung buah, 340 kampung tanaman obat, dan 43 kampung
florikultura. Untuk kampung sayuran, komoditas utama yang dikembangkan adalah
aneka cabai. Sementara untuk kampung tanaman obat adalah jahe, kampung buah
adalah durian, dan kampung florikultura adalah bunga krisan.
“Kampung
Hortikultura ada sistem registrasinya, yaitu berisi berbagai informasi dasar
tentang identitas petani, kelompok tani, dan pihak lain yang terlibat. Selain
itu juga ada data luasan lahan, jenis varietas, dan perkiraan waktu panen,”
tambah Prihasto.
Lebih
lanjut, Prihasto menjelaskan bahwa agar kualitas dan keberhasilan Kampung
Hortikultura terus terjaga, diperlukan adanya siatem monitoring dan evaluasi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dilakukan secara bersinergi dengan BPPSDMP
lewat tenaga penyuluh dan POPT.
“Teknisnya
sudah dibahas bersama Tim dari Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP. Harapannya,
setiap periode tertentu kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan kampung
dan UMKM Hortikuktura, apa saja kendala
yang dihadapi, dan apa saja kebutuhan atau dukungan yang diperlukan secara
cepat dan langsung melalui penyuluh, tenaga POPT, dan petugas lapangan
lainnya,” jelasnya.
Terkait
monitoring dan evaluasi, Prihasto menyebutkan kalau ini merupakan arahan yang
selalu diberikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) agar bantuan
yang diberikan dapat terukur dampaknya bagi pembangunan pertanian.
“Mentan
SYL selalu meminta kami untuk monitor bantuan yang telah diberikan dan
bagaimana dampaknya bagi petani dan hasil pertaniannya. Oleh karena itu, kami
membuat sistem informasi monitoring dan evaluasi atau SiMEVI ini sebagai upaya awal untuk dapat
memonitoring secara cepat dan transparan,” ungkap Prihasto.
SiMEVI
atau Sistem Monitoring dan Evaluasi Hortikultura Indonesia yang dikembangkan
oleh Ditjen Hortikultura sebagai bentuk dari implementasi strategi Modernisasi
Hortikultura. SiMEVI berbasis data CPCL lengkap, yang terdiri dari nama poktan,
nama desa, kecamatan, kabupaten, jenis komoditas dan varietasnya, serta bantuan
yang diterima.
Melalui
SiMEVI, Ditjen Hortikultura dapat melakukan pemantauan terhadap data dan
informasi terkait perbenihan, gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) dan dampak perubahan iklim (DPI), kegiatan pascapanen, kegiatan upaya
peningkatan nilai tambah, pemanfaatan bantuan dan output yang dihasilkan.
Seluruh data SiMEVI dikumpulkan oleh petugas penyuluh di Kostratani yang
difasilitasi dengan pelatihan dan gawai khusus, serta terintegrasi dengan
Horticulture War Room (HWR) sehingga data dapat langsung tersampaikan ke Ditjen
Hortikultura sekaligus terhubung dengan Agroculture War Room (AWR) di Kementan.