Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto saat berada di kebun anggur seluas 200 m2 yang berlokasi di Balai Penyuluhan Pertanian, Ciputat, Tangerang Selatan. |
Editor : Riswan Pasaribu
HARIAN
BERANTAS, JAKARTA - Siapa sangka Tangsel memiliki potensi luar biasa untuk
pengembangan benih anggur. Kurang lebih lahan seluas 200 m2 yang berada di
Balai Penyuluhan Pertanian, Ciputat, Tangerang Selatan dipenuhi lebih dari 60
jenis varietas tanaman merambat ini.
Melihat
hal tersebut, Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto bersama Walikota Tangerang
Selatan Benyamin Davnie mengapresiasi upaya dan inisiatif Komunitas Anggur
Tangsel (Tangsel Wine Community) untuk menghidupkan kembali Kota Tangerang
Selatan sebagai penghasil Anggur. Apalagi di masa pandemi Covid 19, urban
farming jadi solusinya. Demikian disampaikan Prihasto Setyanto di sela-sela
kunjungannya saat menghadiri HUT ke-2 Komunitas Anggur Tangsel, Kamis
(13/01/22).
“Anggur
ini memiliki peluang bisnis yang luar biasa. Saya melihat di sini,
anggur-anggur ini tidak kalah dengan anggur impor. Nah, kenapa tidak kita
dorong. Nanti kita dukung dengan APBN yang memadai sehingga ke depan kita bisa
mengurangi impor anggur,” kata Prihasto.
Prihasto
bangga dengan menjamurnya budidaya anggur yang digagas oleh komunitas anak muda
itu. Apalagi menurut dia, lokasi budidaya ini juga bisa dikunjungi untuk
dipetik langsung sehingga menjadi peluang bisnis yang luar biasa.
“Bukan
tidak mungkin anggur dari sini berpotensi untuk diekspor. Tidak hanya produk
segar, jika memungkinkan produk olahan seperti wine. Komoditas hortikultura
Indonesia diakui oleh negara-negara Eropa dan sekitarnya. Terbukti pada ODICOFF
akhir tahun lalu, produk pertanian Indonesia laris dan terjadi transaksi dengan
nilai signifikan Rp. 7,26 triliun. Artinya Covid 19 adalah peluang bagi
kita," kata
Prihasto
mengatakan Tangsel memang bukan lahan basah yang umumnya cocok untuk pertanian.
Dengan demikian, anggur menjadi komoditas potensial yang paling tepat untuk
dikembangkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Ia juga berkomitmen
memfasilitasi kebutuhan lahan, dengan catatan prosesnya harus clean and clear.
“Terkait
proses bisnisnya, harus terus berjalan hingga skala luas. Saya juga berharap
varietas yang ada di sini semua didaftarkan. Kita urus proses administrasinya.
Jika untuk dikembangkan secara komersial maka harus didaftarkan terlebih
dahulu. Kami akan dukung pengembangan benihnya, tidak hanya untuk Tangsel saja
namun juga di tempat lain,” terang Prihasto.
Hal
senada diungkapkan Wali Kota Tangerang Selatan Benjamin Davnie. Menurut
Benyamin, Tangerang Selatan dikenal sebagai Kota Anggrek, bunga yang dipilih
menjadi icon kota tersebut. Namun melihat potensi anggur yang cukup bagus, ia
juga ingin kotanya berkembang menjadi Wine City.
“Kami
ingin Tangsel tidak hanya dikenal sebagai Kota Anggrek saja namun juga Kota
Anggur. Hal ini tidak hanya karena potensinya banyak tapi juga pasarnya bagus.
Apalagi anggur tidak memerlukan wilayah yang luas, ini tanaman merambat yang
tumbuh ke atas sehingga bisa dikembangkan pada skala rumah tangga. Ini yang mau
terus saya kembangkan,” ujar Benyamin.
Ia
berjanji akan mengembangkan buah anggur dengan faktor utama mengembangkan benih
terlebih dahulu untuk didistribusikan ke masyarakat.
“Saya
ingin memperluas keanggotaan komunitas agar benihnya semakin banyak diproduksi.
Setelah produksinya meluas, kemudian bisa disebarkan ke masyarakat. Targetnya
di akhir tahun ini. Kalau sudah demikian, barulah bisa terukur berapa kilo
nantinya yang dihasilkan. Sekarang ini, kita fokus ke pengembangan benihnya
barulah ke produksi buahnya. Kira-kira di tahun berikutnya, kita mulai bisa
melihat anggur-anggur Tangsel ada di pasar dan terbentuk ekonomi yang baik,”
pungkasnya.