HARIAN
BERANTAS, JAKARTA - Dalam perhelatan Indonesia EBTKE Connect Expo 2021,
Presiden RI Joko Widodo meminta agar transisi energi segera dilakukan dengan
meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi. Apalagi
Indonesia memiliki banyak potensi sumber energi bersih yang bisa dimanfaatkan
untuk menjadi sumber energi pengganti energi fosil.
"Kita
punya potensi EBT mencapai 418 gigawatt (GW) dari surya, panas bumi, bayu,
sampai arus laut. Ini semua bisa kita manfaatkan untuk sumber energi,"
ujar Presiden.
Presiden juga mengingatkan agar pengembangan EBT tidak membebani negara maupun masyarakat. Oleh karena itu, dia pun meminta agar pengembangan EBT harus benar-benar terencana dan dipastikan tersedia pendanaannya, serta jangan sampai membebankan negara berupa kenaikan subsidi dan membebankan masyarakat berupa kenaikan tarif listrik.
PLN
mendukung langkah pemerintah guna mempercepat transisi energi dan menggenjot
porsi EBT dalam bauran energi.
Direktur
Mega Proyek dan EBT PLN Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan, PLN akan mengembangkan
beberapa proyek EBT pada tahun depan. Proyek-proyek ini sudah tertuang dalam
RUPTL 2021-2030. RUPTL Green ini merupakan wujud komitmen PLN dalam menggenjot
penggunaan energi bersih.
"Dalam
RUPTL kami berkomitmen bahwa penggunaan energi bersih akan lebih banyak.
Langkah ini kami lakukan untuk mencapai carbon neutral pada 2060," ujar
Wiluyo.
Adapun 21
proyek EBT yang akan dikembangkan oleh PLN tahun depan antara lain, proyek PLTA/M yang tersebar di Sumatera,
Sulawesi dan di Jawa. Kapasitas terpasang
PLTA/M mencapai sebesar 490 MW. Proyek PLTP dengan total kapasitas
sebesar 195 MW.
"Kami
membuka peluang kerja sama seluas luasnya bagi semua pihak yang ingin bekerja
sama mengembangkan pembangkit EBT," ungkap Wiluyo.
Selain
itu, PLN juga akan mengembangkan PLTBio tersebar dengan kapasitas total hampir
20 MW.
Tak hanya
itu, PLN juga menggenjot penggunaan energi surya dengan PLTS di beberapa
kepulauan, lokasi tersebar termasuk program konversi PLTD sebesar 500 MW dengan
lokasi tersebar, serta pengembangan PLTB.
Sedangkan
di tahun ini, akan ada tambahan kapasitas terpasang dari PLTM sebanyak 13
proyek dengan total kapasitas 71,9 MW. Sedangkan ada dua PLTA di Poso Peaker
dan Malea di Sulawesi Selatan. Poso Peaker menambah kapasitas terpasang PLTA
sebesar 130 MW dan PLTA Malea sebesar 90 MW.
"Kami
juga membangun PLTBG yang sudah beroperasi pada tahun ini di Pasir Mandoge dan
Arung Dalam dengan masing masing kapasitas 2 MW," ujar Wiluyo.
Dalam
transisi energi dan mencapai net zero emission, kata Wiluyo, PLN juga melakukan
berbagai upaya. Selain menggenjot porsi EBT di pembangkitan. PLN juga melakukan
rencana penghentian PLTU secara bertahap hingga 2050 mendatang.
PLN juga
melakukan program co-firing di PLTU yang sudah beroperasi hari ini. Dengan
porsi penggunaan pelet yang diolah dari sampah sebesar 10 persen untuk
menggantikan porsi batu bara secara bertahap. Langkah ini selain untuk
menurunkan emisi karbon juga menjadi salah satu cara penyelesaian persoalan
sampah di Indonesia.
Wiluyo
juga menjelaskan, PLN telah sukses melakukan uji coba perdagangan emisi karbon
di 26 unit PLTU. PLN telah mampu memperdagangkan 42.455 ton CO2 dengan harga
rata rata Rp 30.000 atau 2 dolar AS per ton CO2.
Pada uji
coba perdagangan karbon, PLTU PLN juga telah telah melaksanakan skema offset
emisi. Sejauh ini telah terjadi pembelian carbon credit oleh PLTU sejumlah
4.500 ton CO2 dan pembelian unit karbon dari pembukuan penurunan emisi sejumlah
21.654 ton CO2.