HARIANBERANTAS, PEKANBARU- Mantan pejabat tinggi China Huarong Asset Management Co, Lai Xiaomin dihukum mati oleh pemerintah China atas tuduhan tindak korupsi. Huarong sendiri adalah perusahaan plat merah alias BUMN milik pemerintah China.
Xiaomin terbukti melakukan tindak korupsi usai diselidiki pada tahun 2018 dan langsung dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Kota Tianjin. Semua aset pribadinya pun langsung disita negara.
Dilansir dari Bloomberg, Rabu (06/01/2021), Xiaomin disebut menerima US$ 277 juta atau sekitar Rp 3,8 triliun (dalam kurs Rp 14.000) pada kasus suap yang dilakukan antara tahun 2008 dan 2018.
Pemerintah China memang semakin keras terhadap tindak pidana korupsi, apalagi yang terjadi di antara kader pemerintah dan eksekutif perusahaan. Sejauh ini sudah ada 1,5 juta pejabat pemerintah yang diproses hukum.
Mo Shaoping, seorang pengacara yang berbasis di Beijing, mengatakan sebetulnya sangat jarang kasus penyuapan mengakibatkan hukuman mati. Sejauh ini lebih banyak yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Namun dalam kasus ini, Shaoping menilai jumlah korupsi yang dilakukan Xiaomin sangat besar. Bahkan, kemungkinan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
"Kasus ini juga memicu kemarahan publik. Di bawah lingkungan saat ini, hukuman mati jelas mengirimkan peringatan dan menghancurkan keyakinan bahwa korupsi tidak bisa dihukum mati," kata Shaoping.
Sejumlah pejabat di China pun telah terseret dalam kasus Xiaomin. Mulai dari Yang Jiacai, mantan asisten wakil ketua di regulator perbankan dan Yao Gang, yang merupakan wakil ketua Komisi Pengaturan Sekuritas China. Keduanya, sudah dijatuhi hukuman 16 tahun penjara.
Xiaomin sendiri memimpin Huarong sejak tahun 2012, hingga dia mengalami masalah pada 2018. Huarong sendiri adalah satu dari empat perusahaan yang didirikan pemerintah China pada 1999 untuk membantu membersihkan sistem perbankan yang penuh dengan utang macet.
Di bawah Xiaomin, bisnis Huarong diperluas menjadi sekuritas, perwalian, hingga investasi. Hal itu dinilai menyimpang dari mandat untuk menekan utang pemerintah. Xiaomin juga disebut hanya peduli tentang keuntungan jangka pendek dan berinvestasi besar-besaran dalam aset berisiko tinggi seperti properti dan saham.
Dia juga menciptakan budaya nepotisme dengan mempekerjakan orang-orang dari provinsi asalnya, Jiangxi. Xiaomin sendiri sebelumnya bekerja di bank sentral dan regulator perbankan China***(red)