HARIAN BERANTAS, BANDUNG – DPRD Provinsi Jawa
Barat menggelar Rapat Konsultasi Pimpinan di ruang Pimpinan DPRD
Jabar, Senin
(4/5/2020).
Turut hadir dalam kesempatan ini Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja beserta jajarannya, Pimpinan DPRD
Jabar dan para Ketua Fraksi DPRD
Jabar.
Ketua DPRD
Jabar Brigjen TNI
(purn) Taufik Hidayat mengatakan,
agenda rapat membahas terkait Laporan Perkembangan Pelaksanaan
Refocusing dan Realokasi Anggaran Pemprov Jabar berikut skenario penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Jabar tahun anggaran (TA)
2020.
"Sesuai dengan amanat Rapat Konsultasi Pimpinan tanggal 21
April 2020, Tim Gugus Tugas
COVID-19 Provinsi Jabar akan menyampaikan laporan kepada Pimpinan DPRD
dan para Ketua Fraksi DPRD
Jabar secara berkala yaitu setiap dua minggu sekali,"
kata Taufik dalam Rapat Konsultasi Pimpinan, Senin
(4/5/2020).
Taufik beraharap, penggunaan
refocusing dan realokasi anggaran tetap memerhatikan aspek proporsionalitas dan ketepatan.
"Tentu harapan kita anggaran yang
tersedia benar benar digunakan sesuai kebutuhan dan tepat guna,"
ujar Ketua DPD Gerindra Jabar itu.
Taufik juga meminta kepada Gubernur agar
skenario penyesuaian APBD
Tahun Anggaran (TA)
2020 tetap mempertimbangkan pandemi
Covid-19. Dalam Skenario Penyesuaian APBD
Jawa
Barat TA 2020 memuat empat hal pokok di antaranya.
Pertama,
refocusing dan realokasi anggaran dengan melakukan rasionaliasi belanja barang/jasa dan belanja
modal masing-masing
minimal 50%.
Kedua rasionalisasi belanja pegawai dan belanja lainnya dengan memperhitungkan perkiraan penurunan pendapatan daerah.
Ketiga, penyesuaian rencana kebutuhan anggaran untuk kesehatan dan
Social Safety Net yang terdiri dari penyesuaian standar harga alat-alat kesehatan dan perubahan jumlah penerima bantuan tunai dan non tunai.
Keempat, pemenuhan untuk Dapur Umum di
5.962 Desa/Kelurahan selama 9 bulan dan Gerakan Nasi Bungkus (Gasibu).
Gubernur Jabar Ridwan Kamil
alias Kang Emil menjelaskan ada tiga skenario atau alternatif terkait perubahan
target pendapatan pada TA
2020. Skenario pertama dengan
target pendapatan sebesar 33 triliun
rupiah dengan catatan pandemi
Covid-19 di Jabar berakhir Desember
2020.
Sementara, jika pandemi
Covid-19 berakhir di Juni 2020
maka ada dua kemungkinan perubahan
target pendapatan, pertama Rp 36 triliun jika ekonomi pulih di Triwulan (TW)
III 2020, industri otomotif kembali
normal di TW IV, pembiayaan Kredit KBM siap di
TW IV, dan daya beli masyarakat kembali
normal di TW IV," ungkap Kang Emil.
Sebaliknya, jika ternyata pada Juni 2020
Covid-19 sudah berakhir yang
ditandai memulihnya ekonomi, industri otomotif, pembiayaan Kredit KBM dan daya beli masyarakat masing-masing di
TW III, maka
target pendapatan diprediksi pada angka Rp 38 triliun.
Kang Emil melanjutkan, terdapat 4 strategi Pemprov Jabar untuk pemenuhan anggaran penanganan
Covid-19.
Pertama, kolaborasi pendanaan dengan pihak swasta untuk pencegahan dan penanggulangan
Covid-19.
Kedua, melakukan pinjaman daerah untuk pencegahan dan penanggulangan
Covid-19.
Ketiga, melakukan penangguhan pemberian bagi hasil ke Kabupaten/Kota.
Keempat, kolaborasi pendanaan penanganan
Covid-19 dengan Kabupaten/Kota.
Sedangkan, untuk penyesuaian anggaran penanganan
Covid-19 rencana dianggarkan Rp
6.381.365.222.982 dengan rincian;
Pertama, Rp
1.412.283.530.982 untuk penanganan kesehatan yang
terdiri atas pengadaan alat dan bahan kesehatan, sarana prasarana kesehatan, penyiapan ruang isolasi serta insentif dan santunan kematian untuk tenaga kesehatan.
Kedua,
Social Safety Net sebesar Rp
4.949.081.692.000 yang terdiri dari Bantuan Tunai dan Non Tunai serta Bantuan untuk keluarga yang
anggotanya terkena ODP,
PDP dan Positif
Covid-19.
Ketiga, Operasional Gugus Tugas sebesar Rp
20.000.000.000 yang terbagi atas operasional setiap divisi pada satuan gugus tugas penanganan
Covid-19
(Nh) ***